DISUSUN OLEH:
NPM:
1.
LINDRI ASTUTI 15030001
2.
BERTI DORA 15030006
3.
AHMAD SAIFUDIN 15030010
4.
GALIH KRISNA YOGA 15030016
5.
LISTIANA 15030020
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
PRENGSEWU LAMPUNG (STKIPMPL)
TAHUN 2015-2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT yang mana dengan
rahmat, taufik dan hidayat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan
Makalah Perkembangan Peserta Didik sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah
ditentukan.
Pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas segala
bimbingan, nasehat serta bantuan sehingga dapat menunjang penyelesaian Makalah Belajar
dan Pembelajaran, terutama kepada dosen pengampu pada mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang telah memberi pengarahan kepada penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun juga menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun penyusun khususnya dan pembaca yang umumnya.
Akhir kata, semoga ini bermanfaat
bagi penyusun pribadi dan terlebih bagi para pembaca.
PRINGSEWU, 09 OKTOBER 2015
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
A.
Latar Belakang Masalah...................................................................
B.
Rumusan Masalah.............................................................................
C.
Tujuan................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam Hasil Belajar...........................................................
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar.........................
C.
Konsep dan Pengaruh Minat Belajar
Terhadap Siswa ................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di era
globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber
daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang
pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi
tuntutan zaman. Namun, mendidik anak
sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan
kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk
individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Dalam pendidikan, belajar merupakan
kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka tidak akan ada
pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang akan
membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas maka
penyusun mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas
pengertian dan hakikat dari belajar dan pembelajaran itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun masalah yang ingin diajukan
penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
jelaskan
macam-macam hasil belajar ?
2. jelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ?
3.
konsep minat
belajar dan pengaruh minat belajar terhadap kegiatan belajar siswa
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami
macam-macam hasil belajar
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
3. Untuk mengetahui dan memahami
bagaimana hubungan minat belajar dan pengaruh minat belajar tarhadap kegiatan
belajar siswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM HASIL BELAJAR
1. Kognitif
Hasil belajar kognitif mengacu pada
hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran
siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan, yaitu
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a. Ingatan (recall)
Hasil belajar pada tingkat ingatan
ditunjukkan dengan kemampuan mengenal atau menyebutkan kembali fakta-fakta,
istilah-istilah, hukum, rumus yang telah dipelajarinya. Misalnya, dibahas
materi tentang jenis-jenis danau ditinjau dari segi pembentukannya. Hasil
belajar yang diharapkan adalah siswa dapat menyebutkan jenis-jenis danau
ditinjau dari segi pembentukannya. Kemampuan-kemampuan seperti menyebutkan
kembali, menunjukkan, menuliskan merupakan kemampuan-kemampuan dalam tingkat hasil
belajar ingatan. Seperti yang dikemukakan tadi, yaitu siswa dapat menyebutkan
jenis-jenis danau dari segi pembentukannya hanya kemampuan mengingat atau
menghafal nama atau jenis danau berdasarkan pembentukannya.
b. Pemahaman (comprehension)
Hasil belajar yang dituntut dari
tingkat pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu
konsep. Apabila kita membahas tentang lambang negara, kemudian hasil belajar
yang dicapai siswa adalah dapat menjelaskan arti lambang negara. Hasil belajar
tersebut merupakan contoh kemampuan pemahaman. Siswa dapat menjelaskan lambang
negara artinya siswa tersebut dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam
lambang negara tersebut. Hasil belajar pemahaman terdiri atas tiga tingkatan,
yaitu pemahaman terjemahan, penafsiran, dan eksrapolasi.
·
Pemahaman
terjemahan
Kemampuan menjelaskan lambang negara
merupakan salah satu contoh hasil belajar pemahaman terjemahan. Contoh lain
dari hasil belajar pemahaman jenis terjemahan adalah dalam belajar Bahasa
Inggris. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyajikan suatu cerita.
Setelah selesai mengikuti pelajaran ini guru mengharapkan para siswa dapat
menjelaskan cerita yang disajikan tersebut. Dengan kata lain, kemampuan siswa
menerjemahkan kalimat atau cerita Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia
merupakan contoh hasil belajar pemahaman jenis terjemahan.
·
Pemahaman
penafsiran
Seorang siswa dikatakan telah
mencapai tingkat pemahaman penafsiran apabila siswa tersebut telah dapat
menjelaskan atau menarik kesimpulan dari apa yang diberikan. Misalnya, seorang
guru memberikan sebuah tabel tentang keadaan curah hujan di Indonesia. Setelah
mempelajari tabel tersebut siswa dapat menyimpulkan keadaan curah hujan di
indonesia. Hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar tingkat penafsiran.
Mungkin anda bertanya, mengapa kemampuan menyimpulkan keadaan curah hujan
merupakan hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran. Kemampuan siswa
menyimpulkan keadaan curah hujan di Indonesia merupakan contoh hasil belajar
pemahaman tingkat penafsiran karena hasil belajar tersebut menuntut siswa untuk
menafsirkan data curah hujan di Indonesia. Kemudian, berdasarkan penafsiran
tersebut siswa dituntut untuk mampu menetukan curah hujan di Indonesia sesuai
dengan kriteria kering, basah, lembab, atau sangat lembab. Jadi, seorang siswa
dikatakan telah mencapai hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran apabila
siswa tersebut telah mampu menjelaskan suatu konsep.
·
Pemahaman
ekstrapolasi
Pemahaman ekstrapolasi adalah
kemampuan melihat dibalik yang tertulis. Misalnya, seorang guru sedang membahas
perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) di Indonesia. Setelah mempelajari materi
tersebut siswa dapat menunjukkan jumlah KUD di Indonesia yang akan berbadan
hukum pada waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa tersebut termasuk
kedalam hasil belajar pemahaman tingkat ekstrapolasi karena siswa telah dapat
meramalkan sesuatu.
c.
Penerapan (application)
Hasil belajar penerapan adalah
kemampuan menerapkan suatu konsep, hukum, atau rumus pada situasi baru.
Kemampuan penerapan atau aplikasi menuntut adanya konsep, teori, hukum, dalil,
rumus, prinsip, dan yang sejenisnya. Kemudian, konsep, rumus, dalil, hukum
tersebut diterapkan dalam pemecahan suatu masalah dalam situasi tertentu.
Sebagai contoh, hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa adalah siswa dapat
menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005. Untuk memperoleh atau
mencapai kemampuan menghitung jumlah penduduk, siswa harus memahami rumus yang
digunakan untuk menghitung jumlah penduduk terlebih dahulu, baru kemudian siswa
menerapkan rumus tersebut dalam menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2005. Contoh lain, misalnya seorang guru dalam pelajaran Matematika akan
membahas mengenai persamaan kuadrat. Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan
siswa dapat menghitung persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus ABC. Apakah
hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar penerapan?. Kemampuan
menggunakan rumus ABC dalam menghitung persamaan kuadrat merupakan hasil
belajar penerapan. Dalam kemampuan tersebut siswa dituntut untuk tidak hanya
memahami rumus ABC, tetapi lebih dari itu, yaitu siswa harus dapat menggunakan
rumus tersebut dalam menghitung
persamaan kuadrat.
d. Analisis (analysis)
Hasil belajar analisis adalah
kemampuan untuk memecahkan, manguraikan suatu integritas atau kesatuan yang
utuh menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Hasil belajar
analisis ditunjukkan dengan kemampuan menjabarkan atau menguraikan atau merinci
suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, unsur-unsur
atau komponen-komponen sehingga terlihat jelas hubungan antara komponen yang
satu dengan yang lain. Pada hasil belajar analisis terdapat tiga tingkatan,
yaitu sebagai berikut.
·
Analisis
elemen
Analsis elemen adalah kemampuan
merumuskan asumsi-asumsi serta mengidentifikasi unsur-unsur penting yang
mendukung asumsi yang telah ditentukan. Contoh hasil belajar pada tingkat
analisis elemen adalah kemampuan mengenal asumsi-asumsi yang tidak ditetapkan
dalam suatu uraian, kemampuan membedakan pernyataan-pernyataan faktual dengan
pernyataan normatif.
·
Analisis
hubungan
Hasil belajar pada tingkat analisis
hubungan adalah hasil belajar yang menuntut kemampuan mengenal unsur-unsur dan
beberapa pola hubungan serta sistem atau hipotesisnya. Kalau pada tingkat
analsis elemen, siswa hanya menjelaskan apa yang ingin disampaikan dari sebuah
komunikasi maka pada analisis hubungan, siswa sudah mampu menghubungkan
bagian-bagian atau elemen-elemen dari suatu komunikasi. Misalnya, siswa mampu
menemukan sebab-sebab menurunnya daya beli masyarakat berdasarkan data yang
tersedia.
·
Analisis
prinsip-prinsip yang terorganisasi
Kemampuan atau hasil belajar pada
tingkat analisis prinsip-prinsip terorganisasi adalah hasil belajar yang
menunjukkan kemampuan memisahkan dasar-dasar yang dipergunakan dalam organisasi
suatu komunikasi. Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam tingkat analisis
prinsip-prinsip yang terorganisasi adalah kemampuan mengenal bentuk dari pola
suatu karya sastra atau karya seni, kemampuan mengenal inti pandangan.
Misalnya, siswa mampu menentukan nasihat yang tersirat dari suatu cerita.
e. Sintesis (synthesis)
Hasil belajar sintesis adalah hasil
belajar yang menunjukka kemampuan untuk menyatukan beberapa jenis informasi
yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk komunikasi yang baru dan lebih jelas
dari sebelumnya. Hasil belajar sintesis juga dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan,
yaitu sebagai berikut.
·
Kemampuan
melahirkan suatu komunikasi yang baik
Kemampuan melahirkan suatu bentuk
komunikasi yang unik adalah hasil belajar yang mencerminkan kemampuan siswa
untuk membuat karya tulis. Kemampuan ini disebut unik karena suatu karya tulis
tentang topik yang sama yang ditulis oleh dua orang akan menunjukkan hasil yang
berbeda. Hasil belajar yang termasuk pada tingkatan ini adalah kemampuan
menulis cerita, esei untuk kesenangan pribadi atau untuk menghibur orang lain,
kemampuan menceritakan perjalanan pribadi secara efektif, kemampuan menulis
komposisi musik yang sederhana.
·
Kemampuan
membuat rancangan
Contoh kemampuan pada tingkat ini
adalah kemampuan menentukan rencana atau langkah yang baru. Kalau dalam hasil
belajar penerapan, yang dituntut adalah kemampuan menerapkan pengetahuan dalam
situasi yang baru. Dalam hasil belajar penerapan, yang baru adalah masalah yang
dihadapi. Sedangkan dalam hasil belajar sintesis, yang baru adalah usaha
penyelesaiannya. Contoh rumusan tujuan pada tingkat ini adalah siswa mampu
menyimpulkan langkah-langkah yang harus
ditempuh masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit.
·
Kemampuan
mengembangkan suatu tatanan (set)
hubungan yang abstrak
Kemampuan pada tingkat ini adalah
hasil belajar yang menunjukkan kemampuan merumuskan hipotesis berdasarkan
gejala dan fakta yang diobservasi, menarik kesimpulan yang bersifat
generalisasi, mengubah hipotesis berdasarkan hal-hal yang baru, dan sebagainya.
f.
Penilaian (evaluation)
Hasil belajar evaluasi adalah hasil
belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau
dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria
yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru.
Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan
bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar. Evaluasi yang
didasarkan pada pertimbangan dengan bukti-bukti dari dalam berhubungan dengan
masalah-masalah ketepatan alur logika, konsistensi, dan kriteria internal
lainnya. Sedangkan evaluasi dengan pertimbangan kriteria dari luar berkenaan
dengan kriteria yang dapat diterima secara universal. Hasil belajar yang
didasarkan pada kesetimbangan dengan kriteria dari luar menuntut kemampuan
siswa untuk menyeleksi atau mengingat kriteria. Misalnya, ketika dihadapkan
pada suatu kasus, siswa mampu mempertimbangkan langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk mengatasi kasus tersebut. Dalam mencapai kemampuan ini siswa
harus mempertimbangkan langkah yang diambil berdasarkan ketepatgunaan,
ketepatan waktu, dampaknya.
2. Afektif
Hasil belajar efektif mengacu kepada
sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Bloom, dkk. mengemukakan 5 tingkatan hasil belajar afektif.
a. Menerima (receiving)
Kemampuan menerima mengacu pada
kepekaan individu dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar. Siswa
dianggap telah mencapai sikap menerima apabila siswa tersebut mampu menunjukkan
kesadaran, kemauan dan perhatian terhadap sesuatu, serta mengakui kepentingan
dan perbedaan. Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori sikap menerima
adalah menyadari pentingnya belajar, memperhatikan tugas yang diberikan guru,
menunjukkan perhatian pada penjelasan temannya.
b. Menanggapi (responding)
Kemampuan menanggapi mengacu pada
reaksi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang dari luar. Siswa
dianggap telah memiliki sikap menanggapi apabila siswa tersebut telah
menunjukkan kepatuhan pada peraturan, tuntutan atau perintah serta berperan
aktif dalam berbagai kegiatan. Contoh rumusan tujuan yang menuntut kemampuan
siswa untuk bersikap menanggapi adalah melaksanakan kerja kelompok, menyumbangkan
pendapat dalam diskusi kelompok, menolong teman yang mengalami kesulitan.
c. Menghargai (valuing)
Kemampuan menghargai mengacu pada
kesediaan individu menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
Seorang siswa dianggap telah memiliki sikap menghargai apabila siswa tersebut
telah menunjukkan perilaku menerima suatu nilai, menyukai suatu objek atau
kegiatan, menyepakati pejanjian, menghargai karya seni, pendapat atau ide,
bersikap positif atau negatif terhadap sesuatu, mengakui. Contoh rumusan tujuan
yang menunjukkan sikap menghargai adalah mengumpulkan tugas dengan tepat waktu,
menolak diajak kerja sama dalam hal yang tidak baik, tidak menertawakan
pendapat temannya.
d. Mengatur diri (organizing)
Kemampuan mengatur diri mengacu pada
kemampuan membentuk atau mengorganisasikan bermacam-macam nilai serta
menciptakan sistem nilai yang baik. Siswa dianggap telah menguasai sikap pada
tahap mengatur diri apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuannya dalam
membentuk sistem nilai, menangkap hubungan antar-nilai, bertanggung jawab dalam
melakukan sesuatu. Contoh rumusan tujuan yang termasuk dalam kategori ini
diantaranya menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, mempertanggung jawabkan
kegiatan yang telah dilakukannya, menyelaraskan hak dan kewajibannya.
e. Menjadikan pola hidup (characterization)
Menjadikan pola hidup mengacu kepada
sikap siswa dalam menerima sistem nilai dan menjadikannya sebagai pola
kepribadian dan tingkah laku. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini
apabila siswa tersebut telah menunjukkan kepercayaan diri, disiplin pribadi,
serta mampu mengontrol perilakunya sehingga tercermin dalam pola hidupnya.
Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori ini diantaranya adalah siswa
disiplin dalam menggunakan waktu luangnya, mengemukakan pendapat dengan sopan,
membiasakan hidup sehat.
3. Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik mengacu
pada kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotorik terdiri atas 5 tingkatan
sebagai berikut.
a. Persepsi
Kemampuan persepsi mengacu kepada
kemampuan individu dalam menggunakan indranya, memilih isyarat, dan
menerjemahkan isyarat tersebut ke dalam bentuk gerakan. Siswa dikatakan telah
menguasai kemampuan persepsi apabila siswa tersebut telah menunjukkan
kesadarannya akan adanya objek dan sifat-sifatnya. Misalnya, kemampuan memukul
bola. Pada tahap ini siswa hanya mampu memukul bola tanpa memperhatikan faktor
apapun.
b. Kesiapan
Pada tahap ini individu dituntut
untuk menyiapkan dirinya untuk melakukan suatu gerakan. Kesiapan ini meliputi
kesiapan mental, fisik, dan emosional. Kesiapan mental mencakup kesiapan
menentukan gerakan, memperkirakan waktu, memusatkan perhatian. Kesiapan fisik
mengacu pada kesesuaian anatomis, misalnya posisi berdiri, posisi tangan.
Sedangkan kesiapan emosional berkaitan dengan keseimbangan emosi agar
gerakannya terkontrol dengan baik. Kembali pada gerakan memukul bola, siswa
dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan
sikap badan yang tepat untuk memukul bola.
c. Gerakan terbimbing
Kemampuan melakukan gerakan
terbimbing mengacu pada kemampuan individu melakukan gerakan yang sesuai dengan
prosedur atau mengikuti petunjuk instruktur atau pelatih. Siswa dianggap telah
menguasai kemampuan pada tahap ini apabila siswa tersebut telah meniru gerakan
yang dicontohkan atau mencoba-coba sampai gerakan yang benar dikuasainya. Kita
ambil contoh kemampuan memukul bola. Apabila pada tingkatan kesiapan siswa
hanya memukul bola dengan sikap yang benar maka pada tingkatan gerakan
terbimbing siswa sudah dapat meniru gerakan pelatih dalam memukul bola yang
benar.
d. Bertindak secara mekanis
Kemampuan motorik pada tingkat ini
mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang seolah-olah sudah
otomatis. Kemampuan bertindak secara mekanis ditunjukkan oleh kelancaran,
kemudahan, serta ketetapan melakukan tindakan tersebut. Berkenaan dengan
kemampuan memukul bola, siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila
siswa tersebut telah menunjukkan kemampuan memukul bola dengan lancar, mudah,
dan tetap. Tindakan tersebut seolah-olah sudah menjadi kebiasaannya.
e. Gerakan kompleks
Kemampuan ini merupakan kemampuan
bertindak yang paling tinggi pada ranah psikomotorik. Gerakan yang dilakukan
sudah didukung oleh suatu suatu keahlian. Siswa dianggap telah menguasai
kemampuan pada tingkatan ini apabila siswa tersebut telah melakukan tindakan
tanpa keraguan dan otomatis. Tanpa keraguan di sini mengacu pada tindakan yang
terampil, halus, efisien dalam waktu, serta usaha yang minimal. Otomatis di
sini mengacu pada kemampuan individu untuk bertindak sesuai dengan situasi atau
masalah yang dihadapi. Misalnya, dalam suatu pertandingan, siswa mampu memukul
bola yang dapat mengecoh lawan mainnya. Oleh karena itu, tingkatan ini menuntut
kreativitas siswa dalam bertindak
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor
yang memengaruhi belajar wajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca
indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap
oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
b. Faktor psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2. Faktor eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
a. Lingkungan sosial
-
Lingkungan
sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
-
Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa.
-
Lingkungan
sosial sekolah.
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah.
b. Lingkungan non-sosial.
Faktor
faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
1) Lingkungan alamiah.
Seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa.
2) Faktor instrumental.
Yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Konsep Minat
Belajar
1. Pengertian
Minat
Minat
sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang
datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar.The Liang Gie
(1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat
sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan
itu.Menurut Slameto (Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, dan pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Dari
berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan.Minat dapat juga dikatakan
sebagai suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk
melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya.Minat
bisa juga diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri
seseorang dan biasanya dengan perasaan senang.
C. KONSEP
DAN PENGARUH MINAT TERHADAP KEGIATAN BELAJAR SISWA
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam
kegiatan belajar siswa. suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai
dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar
siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang
ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan
batin dari kegiatan tadi.
Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang
peranan penting dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan
motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang,
suatu benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur
yang menggerakkan metivasi seseorang sehngga orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda
atau kegioatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa,
maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan
demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk untuk menunjang
kegiatan belajar siswa. kenyataan ininjuga diperkuat oleh pendapat Sardiman
(2007:95) yang menyatakan bahwa roses belajar itu akan berjalan lancer kalau
disertai dengan minat. Begitu juga menurut William James dalam Uzer Usman
(2000:27), bahwa minat belajar merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan belajar siswa. jadi, dapat ditegaskan bahwa faktor minat ini
merupakan faktor yang berpengarug secara signifikan terhadap keberhasilan
belajar.
Dari uraian singkat di atas, maka semakin jelas bahwa
minat akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang. Dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan dengan adanya
minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu sendiri. Pernyatan ini
didukung oleh pendapat Hartono (2005:14) yang menyatakan bahwa minat memberikan
sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan pelajaran,
pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta
didik menyebabkan hasil belajar tidak optimal.
Dalam kegiatan belajar, juga dalam proses
pembelajaran, maka tentunya minat yang diharapkan adalah minat yang timbul
dengan sendirinya dari diri siswa itu sendiri, tanpa ada paksaan dari luar,
agar siswa dapat belajar lebih aktif dan baik. Akan tetapi, dalam kenyatannya
tidak jarang siswa mengikuti pelajaran dikarenakan terpaksa atau karena adanya
suatu keharusan, sementar siswa tersebut tidak menaruh minat terhadap pelajaran
tersebut. Yang baik, seharusnya anak mengetahui akan minatnya, karena tanpa
tahu apa yang diminatinya, maka tuan belajar yang diinginkan tidak akan
tercapai dengan baik. Untuk mengantisipasi kondisi yang seperti ini, maka
seyogyanya seorang guru mampu memelihara minat anak didiknya, dengan cara-cara seperti
yang ditawarkan oleh Nurkacana (1993:230), yaitu:
1.
Meningkatkan
minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat
siswanya. Karena minat merupakan komponen pentingdalam kehidupan pada umumnya
dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang kelas pada umunya.
2 minat yang timbul; apabila anak-anak menunjukkan
minat yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.
3.
Mencegah
timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; sekolah merupakan lembaga yang
menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus
menggembanhgkan aspek-aspek ideal agar anak-anak agar anak-anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
4.
Sebagai
persiapapan untuk memberikan bombingan kepada anak-anak tentang lanjutan studi
atau pekerjaan yang sesuai baginya; minat merupakan bahan pertimbangan untuk
mengetahui kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang
baik perlu bimbingan lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan
:1. Belajar adalah tingkah laku dan tindakan yang
kompleks, maka belajar hanya dialami oleh siswaitu sendiri.
2. Salah satu tugas guru adalah mengajar, dalam
kegiatan mengajar tentu ada cara-caranya dan tidak asal mengajarkan
.3. Proses belajar mengajar harus dijalankan
sesuai dengan prinsip yang ada sehingga dapatmenciptakan suasana kelas yang di
inginkan bersama
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat
ditegaskan bahwa minat belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam
menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.
B.
SARAN
Dalam
melaksanakan Proses Belajar dan Mengajar di kelas, sebaiknya sebagai calon
pendidik, kita harus bisa menjelaskan prinsip belajar, menerapkannya dalam
upaya meningkatkan kualitas kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan
suasana yang akan menjadikan siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang
akan kita berikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan
Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen Pendidikan &
Kebudayaan.
Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd, Materi Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008 Universitas Samawa