BAB I
PEMBAHASAN
Relasi antar dua himpunan
A.
Himpunan bagian (subset)
Himpunan bagian di beri lambang
“C” jika ada himpunan A dan himpunan B, maka di penuhi hubungan A tercakupdalam
B , dengan simbol A C B. Jika dan hanya jika semua angota dari A juga merupakn
anggota dari A kita juga menyetujui iastilah B mecakup A dengan simbol :B A istilah lain mencakup himpunan bagian
(subset)
Devinisi
Himpunan
A disebut himpunan bagian dari himpuna B di tulis A C B jika di penuhi:
a.
Jika setiap unsur A juga merupakan unsur himpuna B
b.
jika A C B, maka setiap x
A maka x
B.


Dari
devinisi d atas maka dapat kita simpulkan dengan :

Rumus
:
Devinisi lainyang penting dari
hubungan ini adalah paham himpunan bagian murni ( proper subset)
Devinisi
A adalah himpunaan bagian murni
dari B jika paling sedikit addalah satu unsur dari B yang tidak menjadi anggota
himpunan A, kalau tidak demikian maka dinamakan himpunan bagian yang tidak
murni (improper subset)
Di antara sifat-sifat dasar dari
relasi himpunan bagian ini adalah
A C A
A C B dan B C C maka A C C
A C B dan B C A maka A = B
Juga dari devinisi di atas dapat
di tarik k simpulan
a. setiap himpunan
adalah himpunan bagian dari himpunan itu sendiri
b. himpunan
kosong adalah himpunaan bagian dari setiap himpunan .
c. banyaknya
himpunan bagian dari suatu himpunan adalah
n adalh bilangan kardinal

B. Himpunan berpotong




Devinisi




Jika
a. Ada anggota
A saja
b. Ada anggota
B saja
c.
Ada anggota sekutu A dan B
Untuk jelasnya perhatikan contoh
di bawah ini
A.
= { 1,2,3,4,5,6 }
B.
= { 2, 4, 6, 8, 10}




|
![]() |
=
Jelas devinisi di atas dpenuhi
1. Ada anggota
A saja yaitu 1, 3, 5
2. Ada anggota
B saja , 8 dan 10
3. Ada anggota sekutu
A dan B yaitu 2,4,6
3.
Himpunan Lepas (Disjoint set)
Himpunan lepas
dilambangkan dengan “//”. Himpunan lepas atau disjoint set merupakan dua
himpunan yang tidak memiliki anggota sekutu atau anggota yang sama.
Jadi
suatu himpunan dapat disebut himpunan lepas apabila himpunan tersebut tidak
mempunyai anggota yang sama dengan himpunan lainnya. Atau dengan sederhana
dapat kita rumuskan sbb: A // B = }X E A maka X E B}.
Contoh:
A
= {1,3,5,6} dan B = {2,4,8,10}
Maka
A // B, dengan diagram venn:
![]() |
A // B
4.
Himpunan yang sama
Himpunan yang
sama dilambangkan dengan “=”. Himpunan A
disebut sama dengan himpunan B apabila setiap unsur A menjadi unsure himpunan
B, dan sebaliknya setiap unsur B juga menjadi unsur himpunan A. Atau dapat
ditulis dengan sederhana sebagai berikut:
A
= B ≡ jika A C B dan B C A.
Contoh:
A = {x/x bilangan asli < 10}
B = {1,2,3,4,5,6,7,8,9}
Dari
data diatas terlihat jelas bahwa x E A maka x E B A C B 1)
Dan
x E B maka x E A B
C A 2)
1) dan
2) jelas memenuhi definisi diatas sehingga A = B.
5.
Himpunan setara
Himpunan
setara dilambangkan dengan “~”. Dua
himpunan A dan B dikatakan setara dan diberi lambang “~” apabila n(A) =
n(B). dengan kata lain jika setiap
anggota dari himpunan A dapat dipasangkan dengan satu anggota himpunan B, dan
sebaliknya, atau antara anggota A dan B dapat diadakan korespondensi satu-satu.
Contoh:
Jika
A = {a,b,c,d} dan B = {p,q,r,s} maka A~B.
dengan diagram venn.
![]() |
A B
Jelas
bahwa n(A) = n(B).
BAB III
PENUTUB
A.
KESIMPULAN
Semoga
dengan adanya makala ini pembaca dapat memahami materi relasi dua himpunan,
yang isinya tentang himpunan bagian ( subset ),
Himpunan berpotong,
Himpunan
Lepas (Disjoint set) ,Himpunan yang sama, Himpunan setara.demikian
makala ini di buat semoga membantu.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “landasan bimbingan dan konsling”, saya
selaku penyusun makala menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum
sempurnanya makalahini. Maka saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari dosen pembimbing dan teman-teman khususnya prodi matematika semester I
DAFTAR PUSTAKA
-Buckhori
kifli, mustofa usman. “prinsip-prinsip matematika”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar