Sabtu, 25 Juni 2016

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN:macam-macam hasil belajar



MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

       DISUSUN OLEH:                                      NPM:
1.    LINDRI ASTUTI                                     15030001
2.    BERTI DORA                                          15030006
3.    AHMAD SAIFUDIN                               15030010
4.    GALIH KRISNA YOGA                         15030016
5.    LISTIANA                                                15030020

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRENGSEWU LAMPUNG (STKIPMPL)
TAHUN 2015-2016

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT  yang mana dengan rahmat, taufik dan hidayat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Perkembangan Peserta Didik sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah ditentukan.
            Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas segala bimbingan, nasehat serta bantuan sehingga dapat menunjang penyelesaian Makalah Belajar dan Pembelajaran, terutama kepada dosen pengampu pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberi pengarahan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
            Penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun penyusun khususnya dan pembaca yang umumnya.
            Akhir kata, semoga ini bermanfaat bagi penyusun pribadi dan terlebih bagi para pembaca.



                                                                 PRINGSEWU,  09 OKTOBER 2015        


TIM PENYUSUN    
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
      A.    Latar Belakang Masalah...................................................................
      B.     Rumusan Masalah.............................................................................
      C.     Tujuan................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
      A.    Macam-Macam Hasil Belajar...........................................................
      B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.........................
      C.     Konsep dan Pengaruh Minat Belajar Terhadap Siswa ................
   
BAB III. PENUTUP
      A.    Kesimpulan........................................................................................
      B.     Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................





BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan  zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul Hakikat Belajar dan Pembelajaran yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari belajar dan pembelajaran itu sendiri.
       









B.          Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin diajukan penyusun dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
       1.    jelaskan macam-macam hasil belajar ?
     2.    jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ?
       3.    konsep minat belajar dan pengaruh minat belajar terhadap kegiatan belajar siswa

C.           Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui dan memahami macam-macam hasil belajar
2.    Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor  yang mempengaruhi hasil                          belajar
3.    Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hubungan minat belajar dan pengaruh minat belajar tarhadap kegiatan belajar siswa












BAB II
PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM HASIL BELAJAR
1.      Kognitif
Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a.       Ingatan (recall)
Hasil belajar pada tingkat ingatan ditunjukkan dengan kemampuan mengenal atau menyebutkan kembali fakta-fakta, istilah-istilah, hukum, rumus yang telah dipelajarinya. Misalnya, dibahas materi tentang jenis-jenis danau ditinjau dari segi pembentukannya. Hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat menyebutkan jenis-jenis danau ditinjau dari segi pembentukannya. Kemampuan-kemampuan seperti menyebutkan kembali, menunjukkan, menuliskan merupakan kemampuan-kemampuan dalam tingkat hasil belajar ingatan. Seperti yang dikemukakan tadi, yaitu siswa dapat menyebutkan jenis-jenis danau dari segi pembentukannya hanya kemampuan mengingat atau menghafal nama atau jenis danau berdasarkan pembentukannya.
b.      Pemahaman (comprehension)
Hasil belajar yang dituntut dari tingkat pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Apabila kita membahas tentang lambang negara, kemudian hasil belajar yang dicapai siswa adalah dapat menjelaskan arti lambang negara. Hasil belajar tersebut merupakan contoh kemampuan pemahaman. Siswa dapat menjelaskan lambang negara artinya siswa tersebut dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam lambang negara tersebut. Hasil belajar pemahaman terdiri atas tiga tingkatan, yaitu pemahaman terjemahan, penafsiran, dan eksrapolasi.
·         Pemahaman terjemahan
Kemampuan menjelaskan lambang negara merupakan salah satu contoh hasil belajar pemahaman terjemahan. Contoh lain dari hasil belajar pemahaman jenis terjemahan adalah dalam belajar Bahasa Inggris. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyajikan suatu cerita. Setelah selesai mengikuti pelajaran ini guru mengharapkan para siswa dapat menjelaskan cerita yang disajikan tersebut. Dengan kata lain, kemampuan siswa menerjemahkan kalimat atau cerita Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia merupakan contoh hasil belajar pemahaman jenis terjemahan.
·         Pemahaman penafsiran
Seorang siswa dikatakan telah mencapai tingkat pemahaman penafsiran apabila siswa tersebut telah dapat menjelaskan atau menarik kesimpulan dari apa yang diberikan. Misalnya, seorang guru memberikan sebuah tabel tentang keadaan curah hujan di Indonesia. Setelah mempelajari tabel tersebut siswa dapat menyimpulkan keadaan curah hujan di indonesia. Hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar tingkat penafsiran. Mungkin anda bertanya, mengapa kemampuan menyimpulkan keadaan curah hujan merupakan hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran. Kemampuan siswa menyimpulkan keadaan curah hujan di Indonesia merupakan contoh hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran karena hasil belajar tersebut menuntut siswa untuk menafsirkan data curah hujan di Indonesia. Kemudian, berdasarkan penafsiran tersebut siswa dituntut untuk mampu menetukan curah hujan di Indonesia sesuai dengan kriteria kering, basah, lembab, atau sangat lembab. Jadi, seorang siswa dikatakan telah mencapai hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran apabila siswa tersebut telah mampu menjelaskan suatu konsep.
·         Pemahaman ekstrapolasi
Pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan melihat dibalik yang tertulis. Misalnya, seorang guru sedang membahas perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) di Indonesia. Setelah mempelajari materi tersebut siswa dapat menunjukkan jumlah KUD di Indonesia yang akan berbadan hukum pada waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa tersebut termasuk kedalam hasil belajar pemahaman tingkat ekstrapolasi karena siswa telah dapat meramalkan sesuatu.
      c.       Penerapan (application)
Hasil belajar penerapan adalah kemampuan menerapkan suatu konsep, hukum, atau rumus pada situasi baru. Kemampuan penerapan atau aplikasi menuntut adanya konsep, teori, hukum, dalil, rumus, prinsip, dan yang sejenisnya. Kemudian, konsep, rumus, dalil, hukum tersebut diterapkan dalam pemecahan suatu masalah dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa adalah siswa dapat menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005. Untuk memperoleh atau mencapai kemampuan menghitung jumlah penduduk, siswa harus memahami rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk terlebih dahulu, baru kemudian siswa menerapkan rumus tersebut dalam menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005. Contoh lain, misalnya seorang guru dalam pelajaran Matematika akan membahas mengenai persamaan kuadrat. Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat menghitung persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus ABC. Apakah hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar penerapan?. Kemampuan menggunakan rumus ABC dalam menghitung persamaan kuadrat merupakan hasil belajar penerapan. Dalam kemampuan tersebut siswa dituntut untuk tidak hanya memahami rumus ABC, tetapi lebih dari itu, yaitu siswa harus dapat menggunakan rumus  tersebut dalam menghitung persamaan kuadrat.
      d.      Analisis (analysis)
Hasil belajar analisis adalah kemampuan untuk memecahkan, manguraikan suatu integritas atau kesatuan yang utuh menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Hasil belajar analisis ditunjukkan dengan kemampuan menjabarkan atau menguraikan atau merinci suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, unsur-unsur atau komponen-komponen sehingga terlihat jelas hubungan antara komponen yang satu dengan yang lain. Pada hasil belajar analisis terdapat tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.
·         Analisis elemen
Analsis elemen adalah kemampuan merumuskan asumsi-asumsi serta mengidentifikasi unsur-unsur penting yang mendukung asumsi yang telah ditentukan. Contoh hasil belajar pada tingkat analisis elemen adalah kemampuan mengenal asumsi-asumsi yang tidak ditetapkan dalam suatu uraian, kemampuan membedakan pernyataan-pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
·         Analisis hubungan
Hasil belajar pada tingkat analisis hubungan adalah hasil belajar yang menuntut kemampuan mengenal unsur-unsur dan beberapa pola hubungan serta sistem atau hipotesisnya. Kalau pada tingkat analsis elemen, siswa hanya menjelaskan apa yang ingin disampaikan dari sebuah komunikasi maka pada analisis hubungan, siswa sudah mampu menghubungkan bagian-bagian atau elemen-elemen dari suatu komunikasi. Misalnya, siswa mampu menemukan sebab-sebab menurunnya daya beli masyarakat berdasarkan data yang tersedia.
·         Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi
Kemampuan atau hasil belajar pada tingkat analisis prinsip-prinsip terorganisasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memisahkan dasar-dasar yang dipergunakan dalam organisasi suatu komunikasi. Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam tingkat analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi adalah kemampuan mengenal bentuk dari pola suatu karya sastra atau karya seni, kemampuan mengenal inti pandangan. Misalnya, siswa mampu menentukan nasihat yang tersirat dari suatu cerita.
e.       Sintesis (synthesis)
Hasil belajar sintesis adalah hasil belajar yang menunjukka kemampuan untuk menyatukan beberapa jenis informasi yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk komunikasi yang baru dan lebih jelas dari sebelumnya. Hasil belajar sintesis juga dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.
·         Kemampuan melahirkan suatu komunikasi yang baik
Kemampuan melahirkan suatu bentuk komunikasi yang unik adalah hasil belajar yang mencerminkan kemampuan siswa untuk membuat karya tulis. Kemampuan ini disebut unik karena suatu karya tulis tentang topik yang sama yang ditulis oleh dua orang akan menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil belajar yang termasuk pada tingkatan ini adalah kemampuan menulis cerita, esei untuk kesenangan pribadi atau untuk menghibur orang lain, kemampuan menceritakan perjalanan pribadi secara efektif, kemampuan menulis komposisi musik yang sederhana.
·         Kemampuan membuat rancangan
Contoh kemampuan pada tingkat ini adalah kemampuan menentukan rencana atau langkah yang baru. Kalau dalam hasil belajar penerapan, yang dituntut adalah kemampuan menerapkan pengetahuan dalam situasi yang baru. Dalam hasil belajar penerapan, yang baru adalah masalah yang dihadapi. Sedangkan dalam hasil belajar sintesis, yang baru adalah usaha penyelesaiannya. Contoh rumusan tujuan pada tingkat ini adalah siswa mampu menyimpulkan  langkah-langkah yang harus ditempuh masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit.
·         Kemampuan mengembangkan suatu tatanan (set) hubungan yang abstrak
Kemampuan pada tingkat ini adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan merumuskan hipotesis berdasarkan gejala dan fakta yang diobservasi, menarik kesimpulan yang bersifat generalisasi, mengubah hipotesis berdasarkan hal-hal yang baru, dan sebagainya.
    
      f.       Penilaian (evaluation)
Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar. Evaluasi yang didasarkan pada pertimbangan dengan bukti-bukti dari dalam berhubungan dengan masalah-masalah ketepatan alur logika, konsistensi, dan kriteria internal lainnya. Sedangkan evaluasi dengan pertimbangan kriteria dari luar berkenaan dengan kriteria yang dapat diterima secara universal. Hasil belajar yang didasarkan pada kesetimbangan dengan kriteria dari luar menuntut kemampuan siswa untuk menyeleksi atau mengingat kriteria. Misalnya, ketika dihadapkan pada suatu kasus, siswa mampu mempertimbangkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kasus tersebut. Dalam mencapai kemampuan ini siswa harus mempertimbangkan langkah yang diambil berdasarkan ketepatgunaan, ketepatan waktu, dampaknya.
2.      Afektif
Hasil belajar efektif mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom, dkk. mengemukakan 5 tingkatan hasil belajar afektif.
a.       Menerima (receiving)
Kemampuan menerima mengacu pada kepekaan individu dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar. Siswa dianggap telah mencapai sikap menerima apabila siswa tersebut mampu menunjukkan kesadaran, kemauan dan perhatian terhadap sesuatu, serta mengakui kepentingan dan perbedaan. Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori sikap menerima adalah menyadari pentingnya belajar, memperhatikan tugas yang diberikan guru, menunjukkan perhatian pada penjelasan temannya.
b.      Menanggapi (responding)
Kemampuan menanggapi mengacu pada reaksi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang dari luar. Siswa dianggap telah memiliki sikap menanggapi apabila siswa tersebut telah menunjukkan kepatuhan pada peraturan, tuntutan atau perintah serta berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Contoh rumusan tujuan yang menuntut kemampuan siswa untuk bersikap menanggapi adalah melaksanakan kerja kelompok, menyumbangkan pendapat dalam diskusi kelompok, menolong teman yang mengalami kesulitan.
c.       Menghargai (valuing)
Kemampuan menghargai mengacu pada kesediaan individu menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Seorang siswa dianggap telah memiliki sikap menghargai apabila siswa tersebut telah menunjukkan perilaku menerima suatu nilai, menyukai suatu objek atau kegiatan, menyepakati pejanjian, menghargai karya seni, pendapat atau ide, bersikap positif atau negatif terhadap sesuatu, mengakui. Contoh rumusan tujuan yang menunjukkan sikap menghargai adalah mengumpulkan tugas dengan tepat waktu, menolak diajak kerja sama dalam hal yang tidak baik, tidak menertawakan pendapat temannya.
d.      Mengatur diri (organizing)
Kemampuan mengatur diri mengacu pada kemampuan membentuk atau mengorganisasikan bermacam-macam nilai serta menciptakan sistem nilai yang baik. Siswa dianggap telah menguasai sikap pada tahap mengatur diri apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuannya dalam membentuk sistem nilai, menangkap hubungan antar-nilai, bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu. Contoh rumusan tujuan yang termasuk dalam kategori ini diantaranya menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, mempertanggung jawabkan kegiatan yang telah dilakukannya, menyelaraskan hak dan kewajibannya.
e.       Menjadikan pola hidup (characterization)
Menjadikan pola hidup mengacu kepada sikap siswa dalam menerima sistem nilai dan menjadikannya sebagai pola kepribadian dan tingkah laku. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan kepercayaan diri, disiplin pribadi, serta mampu mengontrol perilakunya sehingga tercermin dalam pola hidupnya. Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori ini diantaranya adalah siswa disiplin dalam menggunakan waktu luangnya, mengemukakan pendapat dengan sopan, membiasakan hidup sehat.

3.      Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik mengacu pada kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotorik terdiri atas 5 tingkatan sebagai berikut.
a.       Persepsi
Kemampuan persepsi mengacu kepada kemampuan individu dalam menggunakan indranya, memilih isyarat, dan menerjemahkan isyarat tersebut ke dalam bentuk gerakan. Siswa dikatakan telah menguasai kemampuan persepsi apabila siswa tersebut telah menunjukkan kesadarannya akan adanya objek dan sifat-sifatnya. Misalnya, kemampuan memukul bola. Pada tahap ini siswa hanya mampu memukul bola tanpa memperhatikan faktor apapun.
b.      Kesiapan
Pada tahap ini individu dituntut untuk menyiapkan dirinya untuk melakukan suatu gerakan. Kesiapan ini meliputi kesiapan mental, fisik, dan emosional. Kesiapan mental mencakup kesiapan menentukan gerakan, memperkirakan waktu, memusatkan perhatian. Kesiapan fisik mengacu pada kesesuaian anatomis, misalnya posisi berdiri, posisi tangan. Sedangkan kesiapan emosional berkaitan dengan keseimbangan emosi agar gerakannya terkontrol dengan baik. Kembali pada gerakan memukul bola, siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan sikap badan yang tepat untuk memukul bola.
c.       Gerakan terbimbing
Kemampuan melakukan gerakan terbimbing mengacu pada kemampuan individu melakukan gerakan yang sesuai dengan prosedur atau mengikuti petunjuk instruktur atau pelatih. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan pada tahap ini apabila siswa tersebut telah meniru gerakan yang dicontohkan atau mencoba-coba sampai gerakan yang benar dikuasainya. Kita ambil contoh kemampuan memukul bola. Apabila pada tingkatan kesiapan siswa hanya memukul bola dengan sikap yang benar maka pada tingkatan gerakan terbimbing siswa sudah dapat meniru gerakan pelatih dalam memukul bola yang benar.
d.      Bertindak secara mekanis
Kemampuan motorik pada tingkat ini mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang seolah-olah sudah otomatis. Kemampuan bertindak secara mekanis ditunjukkan oleh kelancaran, kemudahan, serta ketetapan melakukan tindakan tersebut. Berkenaan dengan kemampuan memukul bola, siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuan memukul bola dengan lancar, mudah, dan tetap. Tindakan tersebut seolah-olah sudah menjadi kebiasaannya.
e.       Gerakan kompleks
Kemampuan ini merupakan kemampuan bertindak yang paling tinggi pada ranah psikomotorik. Gerakan yang dilakukan sudah didukung oleh suatu suatu keahlian. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan pada tingkatan ini apabila siswa tersebut telah melakukan tindakan tanpa keraguan dan otomatis. Tanpa keraguan di sini mengacu pada tindakan yang terampil, halus, efisien dalam waktu, serta usaha yang minimal. Otomatis di sini mengacu pada kemampuan individu untuk bertindak sesuai dengan situasi atau masalah yang dihadapi. Misalnya, dalam suatu pertandingan, siswa mampu memukul bola yang dapat mengecoh lawan mainnya. Oleh karena itu, tingkatan ini menuntut kreativitas siswa dalam bertindak

B.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar wajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1.       Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a.       Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

b.      Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera­pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
2.       Faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a.       Lingkungan sosial
-          Lingkungan sosial masyarakat. 
Kondisi lingkungan masya­rakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengang­guran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer­lukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
-           Lingkungan sosial keluarga. 
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
-          Lingkungan sosial sekolah.
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
b.      Lingkungan non-sosial.
 Faktor faktor yang termasuk lingkung­an nonsosial adalah:
1)        Lingkungan alamiah.
      Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa­kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
2)        Faktor instrumental.
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang­an olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang­an siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

Konsep Minat Belajar
1.         Pengertian Minat
                            Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar.The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.Menurut Slameto (Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, dan pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
                            Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan.Minat dapat juga dikatakan sebagai suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya.Minat bisa juga diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya dengan perasaan senang.

C. KONSEP DAN PENGARUH MINAT TERHADAP KEGIATAN BELAJAR SISWA
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan tadi.

Dalam dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur yang menggerakkan metivasi seseorang sehngga orang tersebut  dapat berkonsentrasi terhadap suatu benda atau kegioatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar tersebut. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk untuk menunjang kegiatan belajar siswa. kenyataan ininjuga diperkuat oleh pendapat Sardiman (2007:95) yang menyatakan bahwa roses belajar itu akan berjalan lancer kalau disertai dengan minat. Begitu juga menurut William James dalam Uzer Usman (2000:27), bahwa minat belajar merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. jadi, dapat ditegaskan bahwa faktor minat ini merupakan faktor yang berpengarug secara signifikan terhadap keberhasilan belajar.

Dari uraian singkat di atas, maka semakin jelas bahwa minat akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakukan seseorang. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan dengan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu sendiri. Pernyatan ini didukung oleh pendapat Hartono (2005:14) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Bahan pelajaran, pendekatan, ataupun metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat peserta didik menyebabkan hasil belajar tidak optimal.

Dalam kegiatan belajar, juga dalam proses pembelajaran, maka tentunya minat yang diharapkan adalah minat yang timbul dengan sendirinya dari diri siswa itu sendiri, tanpa ada paksaan dari luar, agar siswa dapat belajar lebih aktif dan baik. Akan tetapi, dalam kenyatannya tidak jarang siswa mengikuti pelajaran dikarenakan terpaksa atau karena adanya suatu keharusan, sementar siswa tersebut tidak menaruh minat terhadap pelajaran tersebut. Yang baik, seharusnya anak mengetahui akan minatnya, karena tanpa tahu apa yang diminatinya, maka tuan belajar yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengantisipasi kondisi yang seperti ini, maka seyogyanya seorang guru mampu memelihara minat anak didiknya, dengan cara-cara seperti yang ditawarkan oleh Nurkacana (1993:230), yaitu:
1.      Meningkatkan minat anak-anak; setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat siswanya. Karena minat merupakan komponen pentingdalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan, serta pembelajaran di ruang kelas pada umunya.
2 minat yang timbul; apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka tugas guru untuk memelihara minat tersebut.
3.      Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik; sekolah merupakan lembaga yang menyiapkan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat, maka sekolah harus menggembanhgkan aspek-aspek ideal agar anak-anak agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
4.      Sebagai persiapapan untuk memberikan bombingan kepada anak-anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang sesuai baginya; minat merupakan bahan pertimbangan untuk mengetahui kesenangan anak, sehingga kecenderungan minat terhadap sesuatu yang baik perlu bimbingan lebih lanjut.



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan

 Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan
:1.  Belajar adalah tingkah laku dan tindakan yang kompleks, maka belajar hanya dialami oleh siswaitu sendiri.

2.  Salah satu tugas guru adalah mengajar, dalam kegiatan mengajar tentu ada cara-caranya dan tidak asal mengajarkan

.3.  Proses belajar mengajar harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang ada sehingga dapatmenciptakan suasana kelas yang di inginkan bersama

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa minat belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.
   B.    SARAN
Dalam melaksanakan Proses Belajar dan Mengajar di kelas, sebaiknya sebagai calon pendidik, kita harus bisa menjelaskan prinsip belajar, menerapkannya dalam upaya meningkatkan kualitas kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan suasana yang akan menjadikan siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang akan kita berikan nantinya.


DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd,  Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008 Universitas Samawa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar