MAKALAH TEORI BILANGAN
FAKTORISASI BILANGAN BULAT
DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS
“TEORI BILANGAN”
Disusun Oleh Kelompok VII
1.
Dewi Rakli A.L (15030002)
2.
Lidia Untari N. (15030007)
3.
Galih Krisna Y. (15030016)
4.
Siti Nurokhimah (12030011)
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan pendidikan
selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan,
lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri
anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal yang nyata, seperti tumbuhan, orang,
keadaan, politik, kepercayaan dan upaya lain yang dilakukan manusia, termasuk
di dalamnya adalah pendidikan.
Faktorisasi
adalah pecahan bilangan komposit yang terdiri dari bilangan-bilangan pembagi
yang lebih kecil, dan hasil perkalian dari bilangan-bilangan tersebut sama
dengan bilangan komposit yang disebutkan. Contohnya, faktorisasi prima bilangan
84 adalah 2x2x3x7, di mana bilangan 2, 3 dan 7 adalah bilangan prima dan bilangan
pembagi 84. Faktorisai juga terdapat pada fungsi limit,suku banyak, aljabar,
dll.
B.
Rumusan Masalah
a.
apa itu faktorisasi BILANGAN PRIMA ?
b.
Bagaimana faktorisasi tunggal?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa
faktorisasi bilangan buat dan apa aja yang ada di dalam faktorisasi bilangan
bulat.
BAB II
FAKTORISASI
BILANGAN BULAT
A.
Bilangan Prima
Kita telah mengenal dua
bilangan bulat positif saling prima ( prima relative atau koprima), yaitu faktor persekutuan
terbesar dari dua bilangan itu sama dengan 1. Apabila
adalah bilangan bulat positif sedemikian
sehingga
=1, maka dikatakan bahwa
saling prima pula. Tetapi,
jika
untuk setiap I, j= 1,
2, 3,…, n dengan
i
, maka dikatakan bahwa bilangan-bilangan
bulat positif
saling prima dua-dua
atau saling prima sepasang demi sepasang.
Contoh:
1) Karena (5,8,9) =1 , maka 5,8,9 dikatakan 3
bilangan uyang seling prima dan sekaligus saling prima sepasang demi sepasang ,
karena (5,8) =
(5,9) =
(8,9)=1
2) Karena (3,9,4,8 )= 1 maka 3,4,8, dan 9
adalah 4 bilangan yang saling prima, tapi bukan merupakan 4 bilangan yang
saling prima sepasang demi sepasang , sebab (3,9)=3 dan (4, 8)= 4, meskipun
(3,4)=(3,8)=(9,4)=1
Misalakan
a dan b bilangan bulat positif, maka menurut algolritma pembagi ada bilangan
bulat q dan r sedemikian sehingga
b= qa+r dengan 0
Apabila
diketahui (a,r) = 1 , aka menurut teorema FBP yaitu jika b= aq+r, maka (b,a) =(a,r),oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa (a,b)=1. Hal ini dapat dikatakan bahwa apabila sisia pembagian b oleh a saling
prima dengan a, maka b saling prima dengan a pula.
Definisi 4.1:
Bilangan bulat positif
yang lebih dari1 dan tidak mempunyai factor bulat positif kecuali 1 dan
bilangan bulat itu sendiri sisebut bilangan
prima. Bilang bulat positif yang
lebih dari 1 dan bulan bilangan prima disebut bilangan kompisit (tersususn).
Barisan bilangan prima:
2,3,5,7,11,13,17…
Barisan bilangan
komposit : 4,6,8,10,12,14,15…
Perhatikan bahwa 1
bukan bilangan prima dan bukan bilangan komposit pula. Satu (1) disebut unit.
Jadi himpunan semua bilangan positif (bilanga asli) terbagi dalam 3 himpuna
bagian yang saling lepas yaitu:
1) Himpuna semua bilanga prima
2) Himpunan semua bilangan komposit
3) Himpunan unit
Perhatikan
suatu bilangan positif , misalnya 210, maka 210 dapat diuraiak atas faktor-faktor prima,
yaitu:
210 = 2.3.5.7 atau
210 =3.7.2.5 atau
210 = 7.3.5.2 atau yang
lainya
Perbedaan
penguraian dari 210 atas factor-faktor
prima hanya berbeda pada urutan factor-faktornya saja. Hal ini merupaka suatu
contoh bahwa suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat
dinyatakan sebagai pekalian bilangan prima tertentu.
Bentuk
perkalian bilangan prima itu adalah tunggal, kecuali urutan dari bilanga prima
tersebut. Hal ini sering Teorema Faktorisasi Tunggal, teorema berikut akan
digunakan untuk membuktikan faktorisasi tunggal.
Teorema
4.1:
Setiap bilangan bulat
positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilanga prima.
Bukti :
Ambil sembarang bilanga
bulat positif n
1. Apabila n suatu bilang prima, maka
,berarti teorema telah terbukti.
Apabila n suatu bilanga
komposit, maka n mempunyai factor bulat positif selain 1 dan n sendiri,
misalkan d1 , yaitu
. Segingga ada bilang positif n1
sedemikian sehingga : n1=
d1n1 dengan 1
Jika n1
suatu bilang prima ,maka
, sehingga teorema terbukti. Tetapi jika
n1 suatu bilangna komposit, maka n1 mempunyai faktor bulat positif
selain 1 dan n, misalnya d2, yaitu
sehingga ada bilangan bulat positif n2 sedemikian sehingga : n1=
d2n2 dengan 1
Jika n2 suatu bilangan prima,
maka
. Jadi n terbagi oleh bilangn prima n2,
berarti teorema terbukti. Tetapi jika n2 suatu bilangna komposit,
maka n2 mempunyai faktor
bulat positif selain 1 dan n2, misalkan d3, yaitu
.Ini berarti ada bilangan bulat positif n3
sedemikian sehingga:
n2=
d3n2 dengan 1
Jika n3 suatu bilangan prima,
maka
. Karena
dan
, maka
. Jadi
n terbagi oleh bilangn prima n3,
berarti teorema terbukti. Tetapi jika n3
suatu bilangna komposit, maka proses seperti
diatas dapat dilanjutkan sedemikian sehingga diperoleh suatu barisan :
n dengan 1
Penguraian atas faktor-faktor komposit ini
tentu berakhir pada suatu factor prima, karena fsktor-faktoer tersebut selalu
lebih kecil dari bilangan yang difaktorkan dan selalu lebih besar dari 1.
Misalkan pemfaktoran tersebut berakhir pada factor prima nk, maka:
,
,...,
dan
, sehingga
.
Bukti
alternatif
lain :
Karena n suatu bilangan
positif yang lebih besar dari 1, maka n mempunyai sekurang-kurangnya satu factor
bulat positif, katakana n sendiri. Sehingga n mesti mempunyai faktor bulat positif
terkecil, misalnya q, maka q adalah suatu bilangan prima. Sebab jika q bukan
bilangan prima, maka q= q1q2
dengan
1
sehingga q1 adalah faktor bulat positif dari
n, tetapi karena q merupakan faktor
bulat positif terkecil dari n, maka terdapat kontradiksi.
Memperhatikan teorema
diatas , suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 selalu terbagi
oleh suatu bilangn prima, maka hasil baginya pun akan terbagi dengan suatu
bilangan prima pula. Dan hasil bagi berikutnya pun sedemikian
pula. Sehingga suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1
dapat dinyatakan sebagai perkalian dari ilangan prima tertentu.
Teorema
4.2 :
Seetiap bilangan bulat
positif yang lebih besar dari 1 adalah suatu bilang prima atau bilang itu dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima.
Bukti:
Ambil sembarang
bilangan bulat positi n
. Menurut teorema4.1, maka ada sutu bilngan
p1 sedemikian sehingga
. Sehingga ada suatu bilangan n1,
sehingga: n = p1n1
dengan 1
Jika n1=1,
maka n=p1 sehingga n suatu bilang prima. Tetapi jika n
maka menurut torema pertama ada suatu bilangan
prima p2 sedemikian sehingga
. Sehingga ada suatu bilangan bulat
positif n2 , sehingga:
= p2n2 dengan 1
Jika n2=1 ,
maka n1=p2. Sehingga
n=p1p2 berarti teorema terbukti. Tetapi jika n2
, maka ada suatu bilangan prima p3
sedemikian sehingga:
= p3n3 dengan 1
Jika n3 = 1,
maka n2 = p3 sehingga n=p1p2p3.
Berarti teorema terbukti. Tetapi Jika n3
, maka proses seperti diatas dapat
dilanjutkan sehingga akan berakhir pada nk=1 , maka diperoleh n= p1p2p3…pn,
yaitu bilangan bulat positif n
, maka dinyatakn sebagai perkalian
bilangan prima.
Suatu
bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat di nyatakan sebagai
perkalian bilangan bilangan bilangan prima. mungkin saja di antara
faktor-faktor prima tersebut ada yang sama.
Maka faktor-faktor yang sama dapat di tulis sebagai bilangan berpangkat.
Contoh4.2
5544=2.2.2.3.3.7.11
dapat di tulis 5544 =
hal ini secara umung , jika n bilangan
bulat positf yang lebih besar dari 1 dapat di nyatakan sebagai :
n
=
.
.
dengan
adalah faktor-
faktor prima dari n dan
adalah eksponen- eksponen dari p,
Teorena 4.2 tersebut memudahkan untuk nentukan FPB dan KPK dari dua bilangan
bulat atau lebih yaitu dengan menyatakan masing masing bilangan bulat itu k
dalam bentuk kanoniknya . tetapi sebelum itu,kita perlu mengenal terlebih
dahulu notasi notasi berikut ini.
“min (a,b)”menyatakan nilai minimum dari
a dan b .
“maks (a,b)” menyatakan nilai maksimun
dari a dan b .
Misalnya
: min (7,5) = 5 maks (8,3) = 8 dan Min
(5,0,3) = 0 maks (7,4
,5,0) = 7
Misalkan
m,n dan t adalah bilangan bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 yang
bentuk- bentuk kanoniknya berturut turut sebagai berikut:
m =
n =
t =
Maka
FPB dan KPK berturut turut adalah
(m,n
,t) =
dngan
=
min (
) untuk i = 1,2,3,....,k.
[m,n,t
] =
dengan
=
maks (
) untuk i = 1,2,3,....,k.
Contoh
4.3
Tentukqn
FPB dan KPK dari 198, 216,dan 252
Penyesaian
apabila tiga bilangan tersebut di
uraikan atas faktor- faktor prima maka diperoleh
198 =2.
216 =
252
= =
Uraian
atas faktor –faktor prma tersebut dapat di tulis sebagai berikut :
198
=
216
=
252
= =
.
(198,216, 252) =
=
.
= 18
(198,216,
252) =
=216 =
=16632
Apabila
diberikan suatu bilangan bulat positif
misalnya 2167 , apakah bilangan ini suatu bilangan prima ?untuk menjawab
pertanyaan ini kita mencoba-coba bilangan tersebut dengan 2,3,4,5 dan
seterusnyasampai suatu bilangan yang tidak lebih dari bilangan tersebutapabila
bilangan tersebut tak terbagi oleh bilangan bilangan tersebut ,maka bilangan
tersebutb adalah suatu bilangan prima cara ini jelas tidak evisien berikut ini
teorema yang memberikan batas sampai bilangan bulat positiir mana kita berhenti
membagi dan segera menyimpulkan bahwa bilangan tersebut adalah bilangan prima
Teorema 4.3
Jika
n suatu bilangan komposit ,maka n memiliki faktor k dengan 1
k
Bukti
: karna n suatu bilangan komposit maka
ada bilangan- bilangan positif k dan m sedemikian hingga km
= n dengan 1
k
n dan 1
n
apabila k dan m kedua-duanya lebih besar dari
yaitu k
dan m
maka n =km
.
=
n
terdapat
n
n
hal ini tidak mungkin . oleh karena itu salah satu dari k atau m
tidak lebih kecil dari
, misalnya k yaitu
1
k
Jadi n memiliki faktor k
dengan 1
k
Teorema
4.3 tersebut sama benarnya dengan kontra posisinya yaitu apabila bilangan bulat
positif n tidak memiliki faktor k dengan 1
k
maka n adalah suatu bilangan prima.
Dengan
kontaposisi teorema 4.3 tersebut maka untuk menentukan untuk menentukan apakah
.2167 merupakansuatu bilangan prima atau bukan kita harus coba membagi bilangan
itu dngan 2,3,4,5,...46,
. Teteapi ingat bahwa 2167 takterbagi
oleh 2 maka 2167 takterbagi oleh kelipatan 2. Demikian pula 2167 tebarbagi oleh
3, maka 2167 tebarbagi oleh kelipatan 3.demikian seterusnya sehingga kiatacukub
mencoba-coba membagi bilangan tersebut dengan dengan bilangan- bilangan prima
yang kurang dari 46.
Dari
contoh tersebut kita dapat memperketat syarat perlu dari teorema 4.3 sehinga
diperoleh teorema sebagai berikut
Teorema 4.4
Jika
bilangan bulat positif n tidak memiliki
faktor prima p dengan 1
p
, maka n suatu bilangan prima.
Buktikan
teorema tersebut dengan dengan menyatakan terlebih dahulu kontra posisinya,
yaitu Jika n suatu bilangan
kompositif, maka n memilki faktor prima p dengan 1
p
B. Faktorisasi Tunggal
Pada sub bab sebelumnya
telah dibicarakan bahwa bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 terbagi
oleh suatu bilangan prima, sehingga setiap bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari bilangan-bilangan prima tertentu. Pada sub ini kita akan
mempelajari bahwa suatu pemfaktoran suatu bilangan bulat positif atas
faktor-faktor prima adalah tunggal, sehingga kita mengenalnya sebagai
faktorisasi tunggal. Tetapi sebelum membicarakan faktorisasi tunggal , kita
akan mempelajari beberapa teorema sebagai persiapan untuk mempelajari
faktorisasi tunggal.
Teorema
4.5:
Jika
p suatu bilangan prima dan p| ab. Maka
p|a atau p|b
Bukti:
Karena
p suatu bilangan prima,maka untuk sembarang bilangan bulat a berlaku (a,p) = 1
atau (a,p) =p. jika (a,p)=1 dan p|ab, kita pernah membuktikan bahwa p|b.
Buktikanlah kembali. Jika (a,p) = p maka p|a. Jadi terbukti bahwa
p|a atau
p|b.
Teorema
4.5 ini dapat diperluas untuk bilangan-bilangan a1,a2,a3,…an,
yaitu : Jika
p suatu bilangan prima dan p|a1 a2 a3 …an,
maka p|ai untuk setiap i =1,2,3,…,n.
Bukti:
Kita
akan membuktikan dengan induksi matematika pada
n, yaitu banyaknya faktor. Untuk
n = 1,yaitu p|a1,jelas benar, Untuk
n=2, yaitu
p|a1 a2, karena p suatu bilangan prima. Maka menurut
Teorema 4.5 p|a1 atau p|a2.
Diambil
sebagai hipotesis induksi untuk t dengan 2
yaitu p bilangan prima dan p |a1,a2,a3,…at
maka p|ak untuk 2
Pandang
p|a1,a2,a3,…an atau dapat ditulis
sebagai p| (a1,a2,a3,…an-1) (an),
maka menurut Teorema 4.5 lagi diperoleh bahwa p|a1a2a3…an-2
atau p|an-1.
Jika
p|an-1 maka teorema terbukti.
Jika
p|a1a2a3…an-2 maka proses diatas
dapat diteruskan.
Berdasarkan
hipotesis yang diambil, maka proses tersebut mesti akan berhasil. Berati
bilangan prima p membagi salah satu dari
a1a2a3…an.
Jika pada teorema 4.5 diambil kasus bahwa p,q,dan r
masing-masing bilangan prima dan p|qr maka p|q atau p|r ,yaitu p=q atau p=r. karena p,q dan r masing-masing
bilangan prima,kasus tersebut dapat diperluas sebagai berikut :
Jika p, q1,q2,q3,…,qn
semuanya bilangan prima dan p|q1q2q3…qn
maka P=qk untuk suatu k dengan 1
Selanjutnya
kita akan membuktikan ketunggalan dari faktorisasi prima dari suatu bilangan
bulat positif. Teorema ini sering disebut faktorisasi tunggal yang merupakan
teorema dasar dalam matematika.
Teorema
4.6
Pemfaktoran
suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas faktor-faktor prima
adalah tunggal,kecuali urutan dari faktor-faktornya.
Bukti:
Pada
teorema 4.2 kita telah membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif yang
lebih besar dari 1 adalah suatu bilangan prima atau bilangan itu dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari bilangan-bilangan prima tertentu. Sekarang kita
akan membuktikan bahwa faktor-faktor
prima tersebut adalah tunggal.
Ambil
sembarang bilangan bulat positif n
1. Jika n suatu bilang
prima, maka
n adalah faktornya sendiri. Jika n suatu bilangan komposit dan diandaikan bahwa
pemfaktoran n atas faktor prima adalah tidak tunggal,misalnya n = p1,p2,p3,…,pt
dan n = q1,q2,q3,…qr dengan pi
dan qj masing-masing adalah bilangan prima untuk i = 1,2,3,…,r serta p1
dan q1
Karena n = p1p2 …pt
maka p1|n sehingga p1|q1q2q3…qr
dan selanjutnya menurut perluasan teorema 4.5,maka p1-qk
untuk suatu k dengan 1
dan mengingat q1
Karena n =q1q2…qr maka q1|n
sehingga q1 |p1p2…pt. dan menurut
perluasan teorema 4.5,maka q1=pm.untuk suatu m denga 1
dan mengingat p1
Karena p1
sehingga dari permisalan n di atas kita
memperoleh bahwa p2,p3…pt=q2q3…qr.
Bila proses ini diteruskan,maka kita akan memperoleh bahwa p2=q2
sehingga p3 p4…pt=q3q4…qr.
P3=q3 sehingga p4 p5…pt=q4
q5 …qr dan
seterusnya.
Apabila
t=r maka proses tersebut akan berakhir pada pt=qr dan
teorema terbukti. Tetapi apabil t
maka akan diperoleh bahwa :
1=q1+1 q1+2 q1+3…qr.
Hal
ini mustahil,karena qt+1qt+2qt+3…qr
adalah bilangan-bilangan prima,maka haruslah t=r sehingga :
P1=q1.p2=q2.p3=q3…pt=qr
Ini
berarti bahwa bilangan bulat positif n tersebut hanya dapat dinyatakan sebagai
hasilkali faktor-faktor prima secara tunggal.
Pembuktian
yang lebih singkat dari teorema faktorisasi tunggal tersebut menggunakan
induksi mstematik ini dengan memperhatikan petunjuk berikut.
Apakah
teorema benar untuk n = 2 ?
Sebagai
hipotesis,misalkan teorama benar untuk suatu bilangat bulat positif n
dan harus ditunjukan bahwa teorema benar untuk
n = k+1.
Misalkan
k +1 = p1 p2 …pt = q1q2q3…qr
dengan pt dan qr masing-masing adalah bilangan prima …
dan seterusnya seperti bagian pembuktian diatas sehingga diperoleh p1=q1
dan p2 …pt =q2q3…qr.
Bilangan ino lebih kecil atau sama dengan k. mengingat hipotesis ,maka teorema
benar untuk n=k+1.
Dengan
demikian terbukti teorema tersebut.
Kita
mengetahui bahwa banyaknya bilangan asli adalah tak terhingga dan setiap
bilangan bulat positif dapat difaktorkan
atas faktor-faktor prima. Apakah banyaknya bilangan prima itu tak berhingga
pula?
Euclides
membuktikan dengan bukti tak langsung ( bukti dengan kontraiksi) bahwa
banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga.
Misalkan
,
,
,
,… adalah urutan bilangan-bilangan prima dan andaikan
ada bilangan prima terbesar, misalkan
, sekarang dibentuk suatu bilangan positif :
Karena
, menurut teorema 4.1, maka N dapat dibagi oleh suatu
bilangan prima, sehinga N dapat dibagi oleh sekurang-kurangnya satu bilangan
prima dari :
Misalnya
bilangan prima
dengan yang membagi N yaitu
dengan
dan
maka
Hal
ini tidak mungkin, karena adalah suatu bilangan prima. Oleh karena itu
pengandaian bahwa ada bilangan prima terbesar adalah tidak benar; sehingga
pengandaian itu salah dan diperoleh bahwa tak ada bilangan prima tersebut. Atau
dengan kata lain bahwa banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga. Hal ini
dikenal sebagai Teorema Euclides
sebagai berikut :
Teorema 4.7 (Teorema Euclides)
Banyaknya
bilangan prima adalah tak berhingga.
Apakah
N tersebut suatu bilangan prima?
Misalkan
kita memulai untuk bilangan prima pertama yaitu 2, maka kita peroleh :
Tunjukkan
bahwa
tersebut masing-masing adalah bilangan prima.
Selanjutnya tentukanlah
. Tunjukkan bahwa ini bukan bilangan prima!
Suatu
pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, apakah ada tak berhingga k
sedemikian hingga
suatu bilangan
prima pula. Demikian pila, apakah ada tak berhingga bilangan komposit
?
Perhatikan
barisan bilangan prima 2,3,5,7,...,
.
adalah bilangan
prima ke-n. Sekarang kita tentukan suatu batas atas dari barisan bilangan prima
tersebut. Pada
pembuktian Teorema Euclides di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Contoh
:
Jika
n=3, maka ketidaksamaan itu menjadi
Ketidaksamaan
ini menunjukkan bahwa bilangan prima ke-4 kurang dari 126. Pendekatan yang
lebih baik diberikan pada teorema berikut ini.
Teorema 4.8 :
Dalam
suatu barisan bilangan prima, jika
menyatakan
bilangan prima ke-n, maka:
Bukti
:
Gunakan
induksi matematik pada n.
Untuk
n=1 diperoleh
yaitu
. Benar, karena bilangan prima pertama adalah 2.
Diasumsikan
benar untuk n=k, yaitu :
Selanjutnya,
harus dibuktikan bahwa teorema benar untuk n= k+1, yaitu
. Perhatikan bahwa :
Mudah
ditunjukkan bahwa
, yaitu deret geometri dengan rasio 2. Sehingga
diperoleh :
Karena
untuk setiap
bilangan asli k maka ketidaksamaan itu menjadi :
Karena
teorema benar untuk n=1, benar untuk n=k, dan telah ditunjukkan benar untuk
n=k+1, maka teorema benar untuk setiap bilangan asli n.
Berdasarkan
teorema diatas, maka bilangan prima ke (n+1), yaitu
. Sehingga banyaknya bilangan prima yang lebih kecil
dari
tidak kurang
dari (n+1) buah. Jadi untuk
, maka ada paling sedikit n+1 buah bilangan prima yang
lebih kecil dari
.
BAB
III
SIMPULAN
Simpulan 1
1.
Bilangan
bulat positif yang lebih besar dari satu dan tidak mempunyai faktor bulat
positif kecuali 1 dan bilangan bulat itu sendiri disebutbilangan prima .
bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut
bilangan komposit(tersusun).
2.
Setiap
ilangan bulat positif yang lebih besar dari 1dapat di bagi oeh satu bilangan
prima
3.
Setiab
bilangan bulat positif yang lebih dari 1 adalah suatu bilangan prima atau
bilangan tersebut dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima
4.
Jika
n suatu bilangan positif yang lebih besar dari satu maka n dapat dinyatakan
sebagai n =
dengan
adalah faktor faktor prima dari n dan
adalh eksponen eksponen bulat tak negatif
bentuk ini representasi dari n sebagai perkalian bilangan- blanban prima atau
sering pula di sebut bentuk kenonik dari n
5.
Jika
n,m dan t adalahbilangan- bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 yang
bentuk- bentuk kenoniknya berturut-turut sbb m=
n
=
;t =
, maka FPB dan KPK dari m,n,dan t
berturut-turut adalah (m,n ,t) =
dngan
=
min (
) untuk i = 1,2,3,....,k.
[m,n,t
] =
dengan
=
maks (
) untuk i = 1,2,3,....,k.
6.
Jika
n suatu bilangan komposit maka n tidak memiliki faktor k dengan 1
k
,atau dikatakan :jika bilangnan bulat
positif n tidak memiliki faktor k dengan1
k
, maka n suatu bilangan prima
Simpulan 2
1.
Jika p suatu bilangan prima dan
, maka
dan
2.
Jika p suatu bilangan prima dan
, maka
, untuk suatu
3.
Jika
semuanya
bilangan prima dan
, maka
untuk suatu
.
4.
Pemfaktoran suatu bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 atas
faktor-faktor prima adalah tunggal, keuali urutan dari faktor-faktornya.
5.
Banyaknya bilangan prima adalah tak berhingga, atau tidak ada bilangan
prima yang terbesar.
6.
Dalam suatu barisan bilangan prima,jika
menyatakan
bilangan prima ke-n, maka
.
7.
Untuk
, maka ada paling sedikit n+1 buah bilangan prima yang
lebih kecil dari
DAFTAR PUSTAKA
ada gak satu contoh soal yang bisa diseleseikan dengan semua teorema yang mencakup faktorisasi tunggal
BalasHapus